Kisah Penyemangat Jiwa
Sebelumnya saya meminta maaf kepa Dini a.k.a Ucriet karna keterlambatan posting ni tulisan.
Cerita ini tentang khasiat salat malam yang dilakukan oleh seorang aset bangsa yang kini berada di negeri Sakura. Cerita ini diceritakan langsung oleh Ustadz Yusuf Mansyur pada saat acara peringatan Maulid Rasullullah SAW di Masjid Cheng Ho Palembang, 26 Februari 2010 yang lalu.
Sebelum berkisah tentang salat malam, Ustadz Yusuf menceritakan terlebih dahulu kisah dirinya yang rutin ber-Dhuha. Pada saat ekonomi beliau masih belum semapan sekarang, beliau merasakan kegundahan. Kegigihan dalam melaksanakan dalam Dhuha membuat rizki datang tanpa terduga. Pada saat setelah salat beliau didatangi oleh orang yang hendak membeli rumah. Karna sudah berjasa mengantar ke empunya rumah beliau mendapat jatah.
Setelah itu beliau juga menginspirasikan juga melalui cerita orang yang bersedekah dengan gaji per bulan hanya Rp 800ribu bisa pergi haji.
Kembali ke salat malam. Si Fulan merupakan anak tunggal, anak yatim dari orang yang tak mampu di salah satu daerah di Pulau Jawa. Pada saat setelah selesai SMP, dia berkata kepada sang Ibu bahwa nanti kalau kuliahnya, ingin di Amerika. Bayangkan kalau orang tua di zaman sekarang, pasti kebanyakan bilang kayak gini sama anaknya kalau kondisi ekonomi yang rendah; "Mikir toh nak, kita ini orang susah". Tapi sang Ibu berkata lain, "Rajinlah Salat Malam, Hajat dan Tahajjud". Dengan kegigihannya sampai tiba waktunya selesai SMA, Si Fulan lulus administrasi tes beasiswa ke Amerika, keyakinan beliau untuk lulus 100%. Tapi alhamdulillah, dia tidak lulus. Allah ternyata berkehendak lain. Menurut cerita, beliau tidak lulus bukan karena faktor kecerdasan, tapi dipandang sebelah mata, karena anak orang miskin.
Si Fulan tidak menyerah. Pada saat tahun 1996 tersebut, adanya program Padat Karya membuka jalan buat si Fulan, beliau ditunjuk sebagai guide seorang Professor di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika. Sang Professor saat itu sedang melakukan penelitian ilmiah di Indonesia selama 6 bulan. 6 bulan menjadi guide, menemani jalan, wisata, dan bermain catur membuat hati professor untuk mengajak si Fulan terbang bersamanya di Amerika. Allah membuka jalan dari ini. Akhirnya berangkatlah mereka kembali ke Amerika. Si Fulan kuliah di sana, belum 2 tahun kuliah, dia diangkat jadi asdos. Selesai S-1, melanjutkan S2 di Aussey, dan S3 di Jepang.
Allah Maha Adil. Selalu saya ingat pesan Ustadz.. "Rencana manusia indah, tapi rencana Allah jauh lebih indah".
Baca selengkapnya...
Cerita ini tentang khasiat salat malam yang dilakukan oleh seorang aset bangsa yang kini berada di negeri Sakura. Cerita ini diceritakan langsung oleh Ustadz Yusuf Mansyur pada saat acara peringatan Maulid Rasullullah SAW di Masjid Cheng Ho Palembang, 26 Februari 2010 yang lalu.
Sebelum berkisah tentang salat malam, Ustadz Yusuf menceritakan terlebih dahulu kisah dirinya yang rutin ber-Dhuha. Pada saat ekonomi beliau masih belum semapan sekarang, beliau merasakan kegundahan. Kegigihan dalam melaksanakan dalam Dhuha membuat rizki datang tanpa terduga. Pada saat setelah salat beliau didatangi oleh orang yang hendak membeli rumah. Karna sudah berjasa mengantar ke empunya rumah beliau mendapat jatah.
Setelah itu beliau juga menginspirasikan juga melalui cerita orang yang bersedekah dengan gaji per bulan hanya Rp 800ribu bisa pergi haji.
Kembali ke salat malam. Si Fulan merupakan anak tunggal, anak yatim dari orang yang tak mampu di salah satu daerah di Pulau Jawa. Pada saat setelah selesai SMP, dia berkata kepada sang Ibu bahwa nanti kalau kuliahnya, ingin di Amerika. Bayangkan kalau orang tua di zaman sekarang, pasti kebanyakan bilang kayak gini sama anaknya kalau kondisi ekonomi yang rendah; "Mikir toh nak, kita ini orang susah". Tapi sang Ibu berkata lain, "Rajinlah Salat Malam, Hajat dan Tahajjud". Dengan kegigihannya sampai tiba waktunya selesai SMA, Si Fulan lulus administrasi tes beasiswa ke Amerika, keyakinan beliau untuk lulus 100%. Tapi alhamdulillah, dia tidak lulus. Allah ternyata berkehendak lain. Menurut cerita, beliau tidak lulus bukan karena faktor kecerdasan, tapi dipandang sebelah mata, karena anak orang miskin.
Si Fulan tidak menyerah. Pada saat tahun 1996 tersebut, adanya program Padat Karya membuka jalan buat si Fulan, beliau ditunjuk sebagai guide seorang Professor di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika. Sang Professor saat itu sedang melakukan penelitian ilmiah di Indonesia selama 6 bulan. 6 bulan menjadi guide, menemani jalan, wisata, dan bermain catur membuat hati professor untuk mengajak si Fulan terbang bersamanya di Amerika. Allah membuka jalan dari ini. Akhirnya berangkatlah mereka kembali ke Amerika. Si Fulan kuliah di sana, belum 2 tahun kuliah, dia diangkat jadi asdos. Selesai S-1, melanjutkan S2 di Aussey, dan S3 di Jepang.
Allah Maha Adil. Selalu saya ingat pesan Ustadz.. "Rencana manusia indah, tapi rencana Allah jauh lebih indah".